Rabu, 09 September 2009

Kebudayaan Lubai

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Kalau kita berbicara tentang suku bangsa Lubai dan Kebudayaannya, maka sama halnya dengan berbicara tentang banyaknya suku bangsa lain di Sumatera Selatan, kita todal dapat mengabaikan perubahan yang telah menghilangkan homogenitas yang pernah ada. Apa yang dahulu dianggap sebagai daerah kebudayaan Lubai, sekarang mungkin telah banyak kemasukan unsur lain. Tidak setiap penduduknya dapat dianggap sebagai pemangku kebudayaan Lubai, akan tetapi sebaliknya tidak setiap orang yang dilahirkan oleh orangtua Lubai dapat disebut pendukung kebudayaan Lubai, terutama jika mereka dibesarkan diluar daerah kebudayaan Lubai.

Daerah asal kebudayaan Lubai tradisional adalah kira-kira seluas daerah Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Tetapi dalam pandangan orang Lubai sendiri, daerah kebudayaan Lubai adalah orang-orang yang berdomisili sepanjang Daerah Aliran Sungai Lubai. Pada umunya orang Lubai berusaha menghubungkan asal-usul mereka dengan suatu tempat tertentu, yaitu dari Kampung Persa di Muara Lubai dekat Sungai Rambang. 

Hal ini mungkin dapat dihubungkan dengan dongeng tentang Puyang Tujuh Serampu " Puyang tujuh bersaudara, 6 laki-laki dan 1 prempuan. Berdasarkan legenda ini bahwa perkampungan masyarakat Lubai bernama kampung Persa, terletak didekat muara sungai Lubai dan sungai Rambang. Dalam kontek legenda tadi, dengan desa-desa tua di Lubai sebanyak 7 desa yaitu : 
  1. Desa Tanjung Kemala
  2. Desa Gunung Raja
  3. Desa Kurungan Jiwa
  4. Desa Pagar Gunung
  5. Desa Beringin
  6. Desa Pagar Dewa
  7. Desa Karang Agung 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar