Kamis, 30 Juli 2009

Hak Sesama

Hadits Shahih Muslim No. 4023

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibnu Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far dari Al 'Alla dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hak seorang muslim terhadap seorang muslim ada enam perkara." Lalu beliau ditanya; 'Apa yang enam perkara itu, ya Rasulullah? ' Jawab beliau: (1) Bila engkau bertemu dengannya, ucapkankanlah salam kepadanya. (2) Bila dia mengundangmu, penuhilah undangannya. (3) Bila dia minta nasihat, berilah dia nasihat. (4) Bila dia bersin lalu dia membaca tahmid, doakanlah semoga dia beroleh rahmat. (5) Bila dia sakit, kunjungilah dia. (6) Dan bila dia meninggalkan, ikutlah mengantar jenazahnya ke kubur.'

Penutup

Tulisan ini merupakan hasil kajian kepustakaan ruang digital melalui situs internet. Ucapan terima kasih penulis kepada para pengelola situs internet yang telah saya jadi sumber tulisan ini dan mohon maaf nama penulis sumber tulisan tidak saya tuliskan disini.


Beume Padi

Beume merupakan salah satu sistem pertanian tradisional di Lubai dan Rambang yang hampir punah ditengah-tengah gemerlap sistem pertanian moderen dengan model perkebunan monokultur kelapa sawit. Semangat program pencetakan sawah, optimalisasi lahan dan intensifikasi tanaman dengan penanaman padi 2-3 kali dalam satu tahun dengan penggunaan bibit unggul yang disertai dengan peralatan modern dengan tujuan menyediakan makanan bagi orang kota, hampir melupakan nilai-nilai kearifan lokal yang terbangun dalam sistem pertanian tradisional yang dulu pernah menopang kemadirian pangan di Lubai dan Rambang, salah satu kearifan lokal tersebut adalah ‘beume

Beume merupakan salah satu sistem pertanian warisan nenek-moyang yang memanfaatkan lahan dengan menanam padi dan beragam tanaman pendukung lain disekitarnya. Beume atau beberapa masyarakat menyebutnya dengan ladang itu, merupakan salah satu media bertani yang terbagi menjadi dua bagian atau dua bentuk berdasarkan tempat dan peruntukannya yakni Ume Lebak dan Ume Talang

Ume lebak adalah lahan pertanian yang kontur tanahnya berada di dekat sungai ataupun rawa-rawa. Ume Lebak ditanami padi yang tahan terhadap kadar kelembaban tanah yang tinggi. Adapun Ume Talang adalah lahan pertanian yang tanahnya merupakan daratan. Biasanya dalam Ume Talang terdapat pondok kecil sederhana yang digunakan sebagai tempat tinggal sementara hingga panen tiba, dan umumnya Ume Talang dibuat berbarengan dengan penanaman karet, beragam tanaman pangan sering ditanam di antara pohon karet maupun ditempat yang berbeda namun berdekatan dengan kebun karet yang baru ditanam

Budaya Sumsel

1. What? atau Apa Budaya Sumatera Selatan?

Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sekelompok orang, dan diwariskan turun temurun untuk generasi ke generasi. Budaya asal katanya Budi dan Daya. Budaya ini terbentuk dari berbagai unsur yang rumit, termasuk sitem agama dan politik, adat istiadat, perkakas, bahasa, bangunan, pakaian, serta karya seni. 

Sumatera Selatan adalah sebuah provinsi Republik Indonesia terletak di Pulau Sumatera dengan ibukotanya Palembang. Budaya Sumatera Selatan merupakan perwujudan dari Budi dan Daya masyarakat provinsi Sumatera Selatan, diwariskan turun temurun untuk generasi ke generasi. Dimulai era  Kerajaan Sriwijaya dilanjutkan era Kesultanan Palembang Darussalam sampai dengan saat ini.

2. Who? atau Siapa tokoh utama Budaya Sumatera Selatan? 

Tokoh utama Budaya Sumatera Selatan sebagai berikut : 
Raja-raja dari Kerajaan Sriwijaya, yaitu antara lain : 1. Syailendra, 2. Bala Putera Dewa, dllnya 
Sulthan-sulthan dari Kesultanan Palembang Darussalam, yaitu antara lain : 1. Sultan Mahmud Baddaruddin II, dan sebagainya

3. When? atau Kapan dimulai Budaya Sumatera Selatan? 

Periode Kerajaan Sriwijaya yang berkuasa pada abad 7-13 Masehi, dalam kurun waktu 6 (enam) abad Budaya Sumatera Selatan berproses dibawah naungan kekuasaan kerajaan Sriwijaya. 

Periode Kesultanan Palembang Darussalam yang berkuasa pada abad 15 sampai dengan 18 Masehi, dalam kurun waktu 3 (tiga) abad Budaya Sumatera Selatan berproses dibawah naungan kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam.

4. Where? atau Dimana Budaya Sumatera Selatan? 

Pusat Budaya Sumatera Selatan ádalah di Kota Palembang. Pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya menetapkan Palembang sebagai ibukota kerajaan. Pada masa kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam, ibukota kesultanan tetap di Palembang. Walaupun kekuasaan di Sumatera Selatan selalu silih berganti, namun kota Palembang tetap merupakan pusat peradaban berabad-abad lamanya. 

5. Why? atau Mengapa terjadi Budaya Sumatera Selatan? 

Terjadi pembentukan suatu Budaya dilahirkan dari hasil Budi yang olah fikir dan Daya yang merupakan olah fisik suatu masyarakat. Suatu Budaya dipengaruhi oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pembentukan Budaya Sumatera Selatan ada beberapa faktor yaitu : 

Era Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjadi pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Budha, maka lambat laun pengaruh agama ini membentuk adat istiadat budaya di Sumatera Selatan. Setelah Kerajaan Sriwijaya hilang kekuasaannya dan berpindah kekuasaan.

Era Kesultanan Palembang Darussalam, maka transformasi budaya Islam secara perlahan mengganti adat istiadat Budaya Sumatera Selatan, yaitu yang semula Budaya diwilayah ini baik langsung maupun tidak langsung dipengaruhi agama Budha beralih menjadi Budaya yang berlandaskan ajaran syariat islam.  

6. How? atau Bagaimana proses Budaya Sumatera Selatan? 

Proses Budaya Sumatera Selatan terbentuk adalah berawal dari kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang menetapkan Palembang sebagai ibukota kerajaan. Dimana jayanya Sriwijaya dikenal sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan mengenai agama Budha terbesar di Asia Tenggara. Pada saat itu kerajaan Sriwijaya dengan kekuatan armadanya yang tangguh, selain menguasai jalur perdagangan dan pelayaran antara Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia, juga telah menjadikan daerah ini sentra pertemuan antar bangsa. Hal ini telah menimbulkan transformasi budaya yang lambat laun berkembang dan membentuk identitas baru lagi daerah ini. 

Transformasi budaya ini terjadi pula dengan masuknya pengaruh Islam, terutama pada saat Sumatera Selatan dibawah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam. Sebagian besar penduduk Sumatera Selatan sendiri sudah menganut agama Islam sebelum kesultanan Palembang berdiri. Beragam faktor yang mempengaruhi sejarah perkembangan masyarakat di Sumatera Selatan itu telah menimbulkan kebudayaan assimilasi di daerah ini, baik dalam tradisi, seni maupun aspek-aspek lain dalam kehidupan.

Berpikir Sukses

Oleh :Prof Dr Roy Sembel / Sandra Sembel 
Kesuksesan bermula dari pikiran. 

Mereka yang sukses pasti memiliki7 pilar cara berpikir sukses. Cara berpikir sukses ini juga diperlukan dalam masa ledakan informasi dan bergulirnya berbagai perubahan dengan cepat. Apa saja ketujuh pilar tersebut? Ingin tahu? Simak yang berikut ini. 

Howard Gardner pencetus teori Multiple Intelligences membahas lima cara berpikir dalam bukunya, Five Minds for the Future. Lima cara berpikir ini dilengkapi lagi dengan tambahan dua cara berpikir, sehingga menjadi tujuh cara berpikir sukses berikut:

1. Cara berpikir Interdisipliner 

Cara berpikir seperti ini, merupakan tuntutan untuk meramu dengan harmonis beberapa disiplin ilmu dan setidaknya satu keterampilan dasar. Misalnya, seorang guru, bukan hanya harus menguasai ilmu dan keterampilan keguruan, tetapi juga harus memperkaya diri mengenai beberapa ilmu dari disiplin lain, antara lain ilmu psikologi, ilmu antropologi, dan ilmu filosofi. Dengan demikian sang guru menjadi mampu melakukan pekerjaan dengan kualitas unggul. Demikian pula dengan profesi lainnya, dokter, pebisnis, ekonom, dan ahli hukum. Jadi proses belajar jangan berhenti ketika lulus dari bangku pendidikan formal, tetapi harus berlanjut seumur hidup.

2. Cara berpikir Sintesis 
Cara berpikir ini, sangat diperlukan dalam era informasi yang berlimpah. Kita harus bisa mensintesa informasi, atau memilah-milah informasi dan memilih serta mengintegrasi informasi dan pengetahuan yang kita perlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, mencari solusi terhadap masalah, ataupun memberi kan rekomendasi dan menjawab pertanyaan. Saat ini mudah sekali mendapatkan informasi, namun tidak semua informasi bermanfaat dan tidak semua informasi bermanfaat berguna untuk diri kita.

 3. Cara berpikir Mencipta 
Cara berpikir ini, diperlukan untuk menemukan dan memahami hal-hal baru, misalnya ide baru, masalah baru, fenomena baru, ataupun solusi baru. Hal-hal baru inilah yang nantinya menjadi pelopor terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik. Penemuan terhadap hal-hal baru ini tidak perlu dilakukan dengan menunggu sampai adanya tuntutan untuk mencipta, tetapi lebih jauh lagi perlu dilakukan secara berkesinambungan, dan terus-menerus, agar tidak menjadi pengikut perubahan tetapi justru sebagai pencipta perubahan. 

4.Cara berpikir Respek 
Cara berpikir ini, adalah cara berpikir yang menyadari dan menghargai berbagai perbedaan yang ada di antara umat manusia, baik dalam budaya, kepercayaan, pendapat, dan juga cara berpikir. Dengan menerapkan respek terhadap perbedaan, kita justru membuka mata dan pikiran terhadap berbagai perbedaan tersebut yang bisa memperkaya hidup kita karena kesadaran akan keragaman tersebut. Sebaliknya, cara berpikir respek ini juga membuka mata orang lain untuk menghargai buah pikiran kita. 

5.Cara berpikir Etis 
Cara berpikir ini, merupakan pemenuhan tanggung jawab seseorang terhadap pekerjaannya ataupun peranannya dalam keluarga (sebagai anggota keluarga), masyarakat (sebagai anggota masyarakat), negara (sebagai warga negara), maupun dunia profesional yang ditekuninya (sebagai karyawan ataupun pelaku usaha). Etika yang berhubungan erat dengan tanggung jawab inilah yang penting untuk menambah nilai unggul seseorang hingga bisa dibedakan dari orang kebanyakan. 

6.Cara berpikir Positif 
Cara berpikir ini, untuk menjawab tantangan. Dalam hidup ada berbagai tantangan yang harus dan akan dihadapi. Tantangan kegagalan, kesulitan, penolakan dan berbagai tantangan lainnya. Semua ini harus dihadapi dengan cara berpikir positif. Dengan berpikir positif, kegagalan menjadi pengalaman hidup yang berharga yang bahkan bisa mendorong seseorang menggerakkan cara berpikir mencipta untuk menemukan solusi baru.

7. Cara berpikir Jangka Panjang 
Cara berpikir ini, terkait erat dengan cara berpikir etis dan respek terhadap hak orang lain, termasuk hak para generasi penerus untuk juga menikmati kenyamanan dan kesuksesan yang telah diraih. Dunia saat ini terutama di masa depan membuat kita harus menghadapi berbagai tuntutan, perubahan, dan tantangan.

Sumber : Sinar Harapan 

Hard Skill & Soft Skill


Pendahuluan

Hard skills atau keterampilan fisik adalah kemampuan keterampilan yang merupakan persyaratan teknis dari pekerjaan. Soft skill atau keterampilan sosiologis adalah istilah yang merujuk kepada tingkat dari kepribadian seseorang, tingkat sosial, kemampuan komunikasi, kebiasaan pribadi, keramah-tamahan, dan optimisme yang menandai orang untuk memvariasikan derajat.

Hadits Nabi Muhammad sholallaahu 'alaihi wassalam yang artinya : Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad) 

Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah. (HR. Ahmad) 

Pengertian Hard Skill dan Soft Skill 

Kompetensi teknis dan akademis “Hard skill” lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Pemahaman dari istilah Hard skill adalah skill yang dapat menghasilkan sesuatu sifatnya visible dan immediate . 

Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’. 

Tinjauan Hard Skill Masyarakat Lubai 

Pengertian Hard Skill adalah merupakan kemampuan seseorang dilihat dari kemampuan secara teknikal, seperti mengoperasikan komputer, membuat laporan yang mudah dipahami, dan sebagainya. Intinya sangat bergantung ke teknikal yang biasa diperoleh dari proses belajar-mengajar. Hard skill ini mempunyai peran/bagian yang cukup kecil dari kompetensi seseorang, atau dikatakan hard skill adalah minimal requirement skill yang harus dimiliki seorang individu. 

Penulis mengambil contoh kesuksesan Petani Karet di Desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Para petani Karet di Jiwa Baru banyak yang meraih sukses meningkatkan kesejahteraan keluarganya hasil dari bertani Karet dalam bahasa Lubai Balam. Ada yang menyekolahkan anaknya sampai menjadi Sarjana, ada membeli kendaraan roda empat, ada yang menjadi keagenan Getah Karet dalam bahasa Lubai disebut ”Tokeh Balam”. 

Secara Hard Skill Petani Karet di desa ini tidak ada perbedaan yang signifikan. Dalam hal pola bercocok tanam Karet, Pola pemeliharaan Karet, Pola panen getah Karet dalam bahasa Lubai ”Nakok Balam” antara satu dengan yang lainnya sama tidak ada hal yang berbeda. Seorang petani berlatar belakang hanya tamat SD akan menanam, memelihara, panen getah Karet akan sama dengan seorang petani yang mempunyai latar belakang Sarjana Pertanian. 

Pertanyaan : Mengapa petani Karet di desa ini dapat melakukan hal yang sama, walaupun Hard Skill yang berbeda? Jawabannya karena Hard Skill untuk menjadi seorang petani Karet mudah untuk dipelajari. Mengapa dengan pola petani Karet yang sama, tetapi kesuksesan berbeda? Jawabannya karena Hard Skill hanya 20% menentukan kesuksesan seseorang. 

Tinjauan Soft Skill Masyarakat Lubai 

Pengertian Soft Skill merupakan kemampuan seorang individu yang cenderung ke sikap, atitude, perbuatan, pelayanan dan sebagainya. Rupanya Soft skill ini merupakan bagian yang superior dalam kompetensi tiap individu. Hal inilah yang bisa membuat orang bisa meloncat lebih tinggi dalam bidang apapun. 

Penulis telah mengkaji kesuksesan Petani Karet di Desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, yang berhasil meraih cita-citanya. Berdasarkan pengamatan penulis pada bulan Juli tahun 2008, tingkat kesejahteraan keluarga petani Karet di Desa Jiwa Baru Lubai, ternyata hanya 10% dari jumlah seluruh Petani Karet yang srata ekonomi masuk kelas Menengah. 

Seorang petani Karet untuk mencapai tingkat ekonomi kelas Menengah, ternyata tidak hanya dapat dicapai dengan mengandalkan Hard Skill saja, melainkan harus didukung oleh Soft Skill. Pertanyaan : Mengapa petani Karet di desa ini kesuksesan yang dicapai berbeda, walaupun pola bertani Karet sama? Jawabannya karena untuk mencapai kesuksesan tidak hanya mengandal pola bertani saja, melainkan ditentukan oleh penggolaan keuangan pasca panen Getah Karet. Kemampuan untuk mengelolaan keuangan dan berbagai hal lainya adalah Soft Skill. 

Mengapa kesuksesan lebih banyak ditentukan oleh Soft Skill yaitu sebesar 80%? Jawabannya karena Soft Skill seorang petani Karet adalah sangat menentukan dari semua aktivitas soerang petani Karet. Soft Skill seorang petani Karet yang ingin sukses meningkatakan kesejahtera an keluarganya sebagai berikut : sikapnya terhadap profesi ini harus menjadi kebanggaan, atitudenya harus menyatukan dengan profesinya, perbuatannya tidak bertentangan dengan alam dan lingkungan, pelayanan terhadap karyawannya penampas Getah Karet harus baik. 

Kain Songket

Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Songket biasanya ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Asal-usul kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak. Akibatnya, jadilah songket. 

Kain songket ditenun pada mesin tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Ragam motif songket kaya akan local content, seperti jenis flora dan fauna setempat. Motif itu diteruskan dari generasi ke generasi serta memiliki beragam makna. 

Songket yang ekslusif membutuhkan waktu sekira tiga bulan dalam penyelesaiannya. Songket jenis ini biasanya menggunakan pula benang sutera sebagai paduannya. Sedangkan yang berkualitas standar, bisa diselesaikan dalam waktu satu hari, karena sekarang bisa menggunakan mesin dalam pembuatannya. Selain Indonesia, Malaysia pun mengenal songket sebagai salah satu busana tradisionalnya. 

Karena itulah, Pemprov Sumatera Selatan yang terkenal dengan songketnya, mengajukan hak paten 98 motif songket. Ini untuk menghindari klaim paten motif yang dipercaya merupakan hasil aseli wilayah Sumatera Selatan. Memang saat ini, yang paling terkenal dengan kain songketnya adalah Palembang. Namun Minangkabau pun merupakan penghasil songket sejak dahulu. 

Songket palembang merupakan ratunya kain dan merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi sejak zaman dahulu kala. Kain songket juga merupakan Mahkota Seni Penenunan yang bernilai tinggi. Teknik Pembuatannya memerlukan kecermatan tinggi. Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan flora dan fauna lokal. Motif ini juga dinamai dengan kue lokal Melayu seperti seri kaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan favorit raja. 

Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya membutuhkan sekitar 3 hari. Mulanya laki-laki menggunakan songket sebagai destar atau ikat kepala. Kemudian barulah wanita Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung. 

Di masa kini songket adalah pilihan populer untuk pakaian perkawinan Melayu dan sering diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai salah satu hadiah perkawinan. Ditilik dari harganya, songket tidak dimaksudkan hanya untuk masyarakat berada saja karena harganya yang bervariasi dari yang biasa dan terbilang murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat tinggi.

Sumber : id.wikipedia.org, Sri Murni Biranul Anas

Kamis, 23 Juli 2009

Sumpah Puyang

Pendahuluan

Diantara beragam versi cerita tentang Legenda Puyang, maka kami ingin menuliskan kembali cerita rakyat dari desa Jiwa Baru (Baru Lubai dan Kurungan Jiwa) kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan. Tulisan ini hanya sebatas kemampuan pengetahuan yang penulis miliki saja, bukan untuk di perdebatkan dikemudian hari. Apabila ada pembaca yang lebih memahami tentang Legenda ini, kami persilahkan untuk memberikan koreksinya. Penulisan cerita ini, bukan untuk mencari kebaikan atau keburukan dari suatu peristiwa, melainkan hanya ingin berbagi cerita dengan generasi muda Lubai.

Dikisahkan pada dahulu kala nenek moyang Desa Kurungan Jiwa dan Baru Lubai baca "Jiwa Baru" terdiri dari orang yang sakti mandra guna. Sumpahnya dapat menjadi kenyataan, hal ini sesuai dengan kondisi dan tradisi saat itu bahwa masyarakat Lubai saat itu lebih mengutamakan kekayaan bathiniah daripada lahiriah. Sumber legenda Terompah Puyang dari ayah kami Muhammad Ibrohim bin Haji Hasan yaitu pada saat kami masih bertempat tinggal dikampung halaman desa Baru Lubai. 

Kedua orang tua penulis tercinta menceritakan bahwa ada seseorang Puyang yang rajin ibadah di Masjid Aqobah Baru Lubai, suatu hari pernah kehilangan terompah kayunya yang biasa digunakan untuk pergi ke Masjid.

Terompah Kayu 

Terompah Kayu milik Puyang yang sering digunakan untuk ke Masjid di desa Baru Lubai, diambil seseorang. Diceritakan oleh ayah kami pada suatu setelah Puyang melaksanakan Ibadah di Masjid beliau hendak pulang kerumah, Terompah baca "Terumpah Kayu" yang diletakkan ditempatnya. Puyang mencari kesana kesini, tidak juga berhasil menemukannya. Beberapa saat hal itu dilakukan oleh Puyang, namun Terompah kayu tidak juga diketemukan, rahib entah kemana?.

Beberapa saat Puyang berfikir cara apa dan bagaimana sepantasnya memberikan pembelajaran pada masyarakat Desa Baru Lubai dan Kurungan Jiwa (saat ini menjadi Jiwa Baru) khusunya yang telah berbuat jahil kepadanya. Pembelajaran ini dilakukan Puyang karena dia ingin memberikan sock teraphy kepada pelaku yang mengambil terompah kayu.

Sumpah Puyang

Berdasarkan cerita kedua orang tua penulis akhirnya Puyang itu mengeluarkan sumpah yang dikenal seluruh masyarakat Baru Lubai dan Kurungan Jiwa (Jiwa Baru) sebagai berikut :

Dengan ini aku membuangkan mumbang Niuh ke Batangakhi Lubai, ini akibat ade sanak keluarge yang durhake, dikde menghargeiku. Make dengan ini aku sumpahkan kepade yang lah ngambek Terompah kayuku, dan seluruh masyarakat duson Baru Lubai dan Kurungan Jiwa, sape bai yang tinggal diduson ini die akan menghasekan kehidupannye lok-lok mumbang Niuh di Batangakhi Lubai ini, kadang timbul, kadang tenggelam.

Keterangan

Sumpah Puyang ini, beberapa generasi memang nampaknya jadi kenyataan. Entah dikarenakan keampuhan sumpah Puyang ataupun karena faktor lain, dulu kehidupan di desa Jiwa Baru sangat memprihatikan. Bahkan ada ungkapan bahwa jeme Baru Lubai dan Kurungan Jiwe adalah Alai berete (Kaye), berite juge mati mude, banyak rite banyak bini, banyak rite lupe diri.

Keampuhan sumpah Puyang itu saat ini, mungkin telah sirna kondisi masyarakat Jiwa Baru, sudah lebih baik dari beberapa generasi yang lalu. Perekonomiannya sudah baik seiring dengan harga Getah Karet yang mahal. Pola pikir masyarakat Jiwa Baru, menuju suatu perubahan kearah kehidupan yang modern.

Artinya akibat sumpah puyang bisa terbukti, bisa juga tidak. Tergantung bagaimana mensikapi pesan moral didalam sumpah puyang tersebut.

Puyang Serampu 7


Pendahuluan

Legenda adalah sebuah genre dari cerita rakyat yang terdiri atas narasi yang menampilkan perbuatan-perbuatan manusia yang diyakini atau dipercayai oleh si pencerita dan pendengarnya sebagai suatu kisah nyata yang pernah terjadi. Narasi dalam genre ini bisa saja menunjukkan nilai-nilai manusia, dan memiliki beberapa kualitas tertentu yang membuat ceritanya terdengar seperti nyata. Legenda, untuk partisipan aktif dan pasif-nya dapat mencakup mukjizat atau keajaiban. Legenda dapat bertransformasi dari waktu ke waktu, agar tetap terdengar segar dan penting.

Legenda Puyang Serampu 7 (Tujuh) yaitu dikisahkan bahwa puyang ini mempunyai 7 (Tujuh) bersaudara terdiri dari 6 (enam) laki-laki dan seorang prempuan yang sangat cantik. Mereka bertempat tinggal  di Kampung Persa, letaknya dekat muara Sungai Lubai dan Sungai Rambang, provinsi  Sumatera Selatan. Bukti tertulis tentang puyang Serampu tidak ada, namun bukti alam sampai dengan saat ini masih ada. bagi pembaca ingin menyaksikan dapat berkunjung kesana. 

Kampung Persa Lubai

Kampung Persa merupakan permukiman nenek moyang masyarakat Lubai, terletak Sungai Lubai dan Sungai Rambang, provinsi  Sumatera Selatan.  Kondisi kehidupan masyarakat di kampung Persa, Muara Lubai sejahtera dan sentosa. Tingkat kesejahteraan pendudukan, hal ini didukung hasil pertanian yang melimpah dan sentosa menggambarkan penduduk desa ini, bebas dari segala kesukaran dan bencana, aman dan tenteram. 

Batanghari Lubai merupakan tempat mencari sumber layuk payuk hewani seperti : ikan Tapah, ikan Toman, ikan Haruan, ikan Baung, ikan Behinget, ikan Kalang, ikan Keli, ikan Pungkut, ikan Lenjing, ikan Bujok, ikan Betutu, ikan Belide, ikan Palau, ikan Lampan dan sebagainya. 
Hutan belantara disekitar Kampung Persa, Muara Lubai banyak ditumbuhi : pohon Cikhu, pohon Pelawan, pohon Simpoh, pohon Gelam Tikus, pohon Cenggal, pohon Gehunghang, pohon Mehampui, pohon Tampui, pohon Haman, pohon Hengas, pohon Hukam, pohon Setul, pohon Mampat, pohon Putat, pohon Tehap dan sebagainya. 

Puyang Serampu 7 Sakti

Puyang Serampu 7 terdiri dari 6 (enam) laki-laki dan 1 (satu) Perempuan. Ke-enam Saudara laki-laki Puyang Serampu mempunyai kesaktian mandraguna. Digdaya seperti tidak mempan segala jenis senjata. Digdaya secara batiniah tatkala kita tidak punya musuh, tidak pernah menyakiti hati orang, tepa salira dan tenggang rasa. Kesaktiannya mereka tidak perlu diragukan lagi kehebatan, tiada tanding pada saat itu. Sehingga Kampung Persa, Muara Lubai dalam kondisi aman tenteram, tidak dapat gangguan dari pihak luar kampung.

Adik perempuan Puyang Serampu 7, mempunyai paras yang cantik jelita. Kecantikan puyang perempuan ini tidak ada yang menandinginya di Kampung Persa, Muara Lubai. Banyak pemuda yang menaruh hati kepada sang gadis nan cantik jelita ini, namun mereka tidak berani mengungkapkanya. Hal ini karena mereka takut akan kesaktian enam saudara laki-laki Puyang Serampu 7.

Pemuda Sakti Tanpa Pusar

Konon cerita tidak jauh dari Kampung Persa, Muara Lubai terdapat kampung di bawah air. Di kampung bawah air itu, tinggal seorang pemuda sangat tampan bersama kedua orang tuanya. Pemuda tampan ini mempunyai beberapa keanehan daripada manusia normal yaitu dia tidak mempunyai pusar*) baca pusat dalam bahasa Lubai. Disamping mempunyai keanehan pemuda ini, mempunyai kesaktian mandraguna luar biasa yaitu setiap dia menghamtamkan kakinya ke tanah, maka dari bekas hantaman kakinya akan memancarkan air dalam jumlah yang sangat banyak.

Al kisah, pada suatu hari sang pemuda tampan sakti tanpa pusar ini, berkunjung ke Kampung Persa, Muara Lubai. Tanpa sengaja saat itu, dia melihat seorang gadis yang mempunyai paras cantik jelita. Gadis itu adalah adik perempuan Puyang Tujuh Serampu. Ketika itu sigadis ini akan mandi ke Batanghari Lubai. Sejak pandangan pertama ini, sipemuda tampan tidak dapat melupakan bayangan sigadis cantik nan jelita dari Kampung Persa, Muara Lubai. Beberapa hari pemuda tampan tanpa pusat, memikirkan bagaimana caranya agar dia melupakan bayaran sigadis ini, namun dia tidak berhasil. Dia menyadari bahwa antara dia dan sigadis beda alam. Pemuda tampan tanpa pusar berada dialam bawah air dan sigadis hidupnya dialam atas air. Dapatkah kedua insan beda alam ini, menjalin kasih sayang.

Pemuda Sakti tanpa Pusar melamar

Beragam cinta yang ada dalam kehidupan sehari-hari, kadang berakhir menyenangkan dan kadang menyedihkan, tapi tidak seharusnya manusia terlena dan hanyut akan cinta. Cinta ibarat kupu-kupu. Makin kau kejar, makin ia menghindar. Tapi bila kau biarkan ia terbang, ia akan menghampirimu disaat kau tak menduganya. Cinta bisa membahagiakanmu tapi sering pula ia menyakiti, tapi cinta itu hanya istimewa apabila kau berikan pada seseorang yang layak menerima.

Perasaan yang membara didalam jiwa sang pemuda sakti tanpa pusar, membawa dia untuk memberanikan diri untuk menemui sigadis nan cantik jelita. Singkat cerita pertemuan kedua manusia yang berlain jenis ini menumbuhkan benih-benih cinta yang mendalam. Benih-benih cinta yang tumbuh pada kedua insan manusia ini, semakin hari tumbuh kian subur. Karena desakan dari gelora cinta yang semakin memabara didalam jiwa sipemuda, dia bertekad akad akad melamar adik perempuan Puyang Serampu 7.

Sipemuda tampan menghadap orangtua sigadis, untuk menyampaikan niatnya. Sipemuda sakti tanpa pusar "Mamang pemangku adat Kampung Persa, kenalkan aku pemuda dari desa nan jauh dari sini dan ciri-ciriku tanpa pusar. Maksud kedatangan aku kesini, nak melamar anak mamang, untuk menjadi pendamping hidupku" Mendengar pinangan dari sepemuda tanpa pusar dan berasal dari desa yang jauh, enam saudara laki-laki Puyang Serampu 7 jadi terperangah mendengarnya. Mereka berenam sepakat untuk menolak pinangan ini. Hati mereka menjadi gusar, adik perempuan mereka yang cantik jelita dilamar oleh seorang pemuda mempunyai beberapa keanehan yaitu dia tidak mempunyai pusar, tidak dapat menyebutkan berasal dari desa mana, sesungguhnya dia berasal.

Dengan kesaktian mandraguna yang dimiliki sipemuda sakti tanpa pusar dan kesaktian enam saudara lakik-laki Puyang Serampu Tujuh, setelah mereka sepakat untuk bertanding adu kesaktian. Setelah melakukan beberapa kesaktiannya antara sipemuda dan enam bersaudara laki-laki, ternyata hasilnya seimbang. Hal ini membuat enam saudara laki-laki Puyang Tujuh Serampu, dengan perasaan terpaksa harus menerima pinangan sipemuda tanpa pusar. Kesaktian sipemuda sakti tanpa pusar, telah memaksa enam saudara laki-laki Puyang Serampu merestui pinangannya terhadap adik perempuan mereka satu-satunya. Dalam bahasa Lubai "kelewai cumah suhang" nak belaki jaoh pule.

Pengantin Wanita dibawa pulang

Setelah pinangan sipemuda tanpa pusar diterima lanngsung dilaksanakan perkawinan antara pemuda sakti tanpa pusar baca pusat dalam bahasa Lubai dengan adik Puyang Serampu Tujuh. Nampak kedua mempelai sangat bahagia, Sipemuda mempunyai wajah sangat tampan, sedang sigadis mempunyai paras sangat jelita. Sunguh mereka merupakan pasangan yang sangat serasi.

Sebagai ungkapan cinta sepasang suami isteri yang harmonis. mereka tidak mengatakan "Ini salahmu!", tapi mereka mengaatakan"Maafkan aku, ya sayang". mereka tidak mengatakan "Kau dimana!", melainkan mereka berkata"Aku disini, mengapa sayang?" mereka tidak mengatakan "Coba, seandainya kau...", akan tetapi mereka berkata "Terima kasih ya, kau begitu....."

Beberapa hari berselang, sang pengantin pria hendak membawa pulang sang pengantin wanita ke istana baca tempat tinggal dia bermukim. Mereka menuju kesana dengan perjalanan darat, masih sanggat asing bagi sang pengantin wanita. Mengingat hal ini akan membuat kesulitan bagi sang pengantin wanita, bila terjadi sesuatu hal untuk kembali kekampung halamannya di Kampung Persa, Muara Lubai. Maka sang pengantin pria memberitahukan kepada sang pujaan hatinya bahwa menginggat perjalanan kita ini memakan waktu cukup lama yaitu selama 3 (tiga) hari 3 (tiga) malam, selain membawa beberapa keperluan makanan untuk kita, jangan lupa membawa buah Wijan.

Mereka sepasang pengantin yang berbahagia ini, setelah pamit kepada keluarga besar Puyang Serampu 7 mereka memulai perjalanan menuju tempat tinggal sang pengantin pria. Sang pengantin pria memerintahkan isteri untuk menaburkan buah Wijan sepanjang perjalanan yang mereka lakukan. Sang isteri belum memahami apa maksud suaminya menyuruh dia agar menaburkan buah Wijan sepanjang perjalanan mereka.

Setelah mereka melakukan perjalanan selama 3 (tiga) hari 3 (tiga) malam mereka sampai dimana tempat yang dimaksud tempat tinggal sang pengantin pria. Tempat itu yang ternyata sebuah Lubuk di sebuah Sungai. Melihat kenyataan ini, maka sang pengantin wanita sangat kaget. Perasaannya bercampur antara sedih dan rasa takut ketika melihat sang suami melompat kedalam sungai itu. Namun demikian karena dia sanggat mencintai suaminya dia mampu untuk menahan rasa sedih dan takut, sambil menunggu dipinggir sungai.

Setelah masa menunggu suaminya itu, selama 3 (tiga) pekan atau minggu sang suami tidak juga muncul kepermukaan sungai, maka sang pengantin wanita akhirnya dengan rasa sedih memutuskan untuk kembali pulang Kampung halaman tempat kelahirannya. Pada awalnya dia merasa binggung bagaimana mungkin dia dapat menuju kembali ketempat kampung halamannya, menginggat tempat sangat jauh dari kampung halamannya.

Adik perempuan Puyang Serampu 7 ini, memulai perjalanan kembali menuju kampung Persa, Muara Lubai. Setelah beberapa lama perjalanannya, tanpa sengaja dilihatnya ada pohon Wijan. Sang pengantin wanita, akhirnya menyadari bahwa ternyata maksud suami memerintah untuk menabur biji Wijan adalah agar buah wijan yang telah ditaburkan sepanjang jalan tadi setelah tumbuh dapat menjadi petunjuk jalan, untuk pulang kembali menuju Kampung Persa dekat Muara Rambang.

Dengan memperhatikan pohon Wijan yang telah ditaburkan saat akan pergi dahulu, saat ini sudah mulai tumbuh sehingga akhirnya si adik perempuan Puyang Tujuh Serampu, tidak mendapat kesulitan untuk mencapai tempat kelahirannya.

Malapetaka Kampung Persa Lubai

Sang waktu berjalan terus tanpa terasa, telah 3 (tiga) purnama lamanya sang pengantin pria berada di Lubuk Sungai bersama orangtuanya. Sebagai pengantin baru, dia sangat rindu baca sumang kepada isterinya, maka iapun segera menyusul ke Kampung Persa di Muara Lubai.

Maksud kedatangannya ke kampung Persa, Muara Lubai adalah hendak membawa pulang kembali iseterinya. Adik Puyang Serampu Tujuh, setelah dia mengetahui bahwa suaminya itu bukan dari Bangsa Manusia melain dari Bangsa lain atau makhlus halus yang sakti, maka dia tidak mau lagi kembali mengikuti suaminya. Karena diminta dengan baik-baik, isterinya tidak mau ikut pulang, maka sampailah puncak kemarahan si Pemuda tanpa pusar yang sakti ini.

Karena silang paham tidak mencapai titik temu, maka untuk menyelesaikan permasalahan diadakan perang tanding kesaktian antara "Pemuda sakti tanpa pusar" dan "Tujuh bersaudara Puyang Serampu".

Pertandingan adu kesaktian ini cukup seru. Pemuda tanpa pusar, menghantamkan kaki ketanah maka seketika itu juga memancar air yang sangat besar keluar dari bekas hantaman kaki. Saudara tertua dari Puyang Serampu Tujuh tanpa ragu dengan kesaktiannya, hanya menggunakan sebatang lidi kelapa, dia mampu menutup air, yang sangat deras memancar tadi. Hantaman kaki pemuda tanpa pusar, dari kesatu sampai dengan ke-enam dapat ditutup hanya menggunakan sebatang lidi oleh Puyang Serampu Tujuh bersaudara, sesuai dengan urutan pertama sampai dengan puyang nomor 6 (enam).

Malapetaka bermula, ketika hantaman kaki pemuda tanpa pusar ketujuh. Mendapat giliran untuk menutup air yang memancar dari bekas hatanman kakinya itu adalah adik perempuan Puyang Tujuh Serampu. Setelah lidi kelapa itu ditancapkan ketanah, ternyata air yang memancar itu tidak mau berhenti. Air yang memancar itu, semakin lama, semakin meluap. Mula-mula hanya menggenangi rumah tinggal Puyang Serampu 7  bersaura, namun air itu semakin lama, semakin meluap yang akhirnya menengelamkan kampung Persa, Muara Lubai – Sungai Rambang.

Keterangan :
  • Sisa Kampung Persa, Muara Lubai dapat dilihat dengan beberapa reruntuhan rumah yang telah tenggelam itu. Bagi pembaca cerita ini, dapat berkunjung kesana menggunakan perahu ataupun jalan darat, Lokasi dekat Muara Batanghari Lubai dekat Batanghari Rambang;
  • Adik Perempuan Puyang Serampu Tujuh dibawa oleh Pemuda sakti tanpa pusar;
  • Puyang Berlayar Balok, karena menggunakan Balok dari kampung Persa, Muara Lubai - Rambang, ke hulu Batanghari Lubai. Puyang ini merupakan tokoh masyarakat "Talang Balok” kuburan Puyang ini berada dipinggir Batanghari Lubai, Talang Balok, saat ini telah desa Menanti;
  • Puyang Terbang Jubah, tokoh masyarakat Duson Aur. Jubah Puyang ini masih dapat disaksikan di Duson Aur. Kuburan puyang ini dipinggir Batanghari Lubai, Duson Aur. Bagi masyarakat Duson Aur, puyang ini terkenal dengan legenda pohon Tanjung berbunga emas;
  • Terdapat kuburan tua terletak dipinggir Batanghari Lubai, dekat daerah Talang Haji, desa Jiwa Baru, saat ini masih ada. Tapi penulis tidak memperoleh info yang jelas apakah kuburan termasuk tokoh dari ”Puyang Serampu 7”
  • Catatan : pu·sar adalah cekungan di tengah-tengah dinding perut bekas tempat tali pusar yang menghubungkan perut dengan tembuni ketika bayi baru lahir; 

Sumber info : Lamtoni Zainal Abidin (Beringin Lubai) dan diolah sendiri oleh penulis.

Penulis cerita
Amar Lubai


Desa Lubai

Beberapa tahun yang lalu, penulis sempat menanyakan makna nama-nama Desa di Lubai. Dari hasil wawan cara dengan orang-orang tua, ternyata mereka tidak dapat memberikan arti nama-nama desa Lubai secara akurat. Tulisan ini hanya sekedar upaya memberikan ulasan dari makna nama-nama desa kita di Lubai.

Berdasarkan hasil penelitian, pada jaman dahulu terdapat wilayah tanah menjorok ke sungai Lubai yang dijadikan tempat pangkalan mandi. Kemala adalah batu yang indah dan bercahaya berasal dari binatang, banyak khasiatnya dan mengandung kesaktian. Kemala dapat diartinya Mahkota Raja atau Ratu. Tanjung Kemala dapat di artikan mahkotanya desa-desa di sepanjang sungai Lubai dan merupakan desa tua di wilayah Lubai, keberadaan sudah ada sejak Hindia Belanda.

Berdasarkan hasil penelitian, pada jaman dahulu terdapat wilayah di desa Gunung Raja, tidak terdapat sebuah gunungpun dan tidak ada seorang rajapun, maka penamaan desa tersebut merupakan tempat yang dianggap terhormat pada zaman pemerintahan sistem marga di Lubai.

Berdasarkan hasil penelitian, Nama desa Jiwa Baru berasal dari kata jiwa yang memiliki arti seluruh kehidupan batin manusia yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan dan kata baru yang memiliki arti belum pernah ada dilihat sebelumnya. Desa Jiwa Baru merupakan hasil merger dua desa yaitu Kurungan Jiwa dan Baru Lubai.

Berdasarkan hasil penelitian, secara kasat mata di desa ini tidak terlihat keberadaan Gunung, karena desa ini didirikan pada dataran rendah yang rata. Para tokoh yang mendirikan desa ini berharap para penduduknya yang bertempat tinggal disini, aman dan nyaman.

Berdasarkan hasil penelitian, walaupun Kota Baru hanya sebuah desa tapi masyarakatnya telah berinteraksi sosial gaya perkotaan, seperti cara berpakaian, cara komunikasi seperti masyarakat yang bertempat tinggal di perkotaan.

Berdasarkan penelitian, bahwa pohon Beringin banyak tumbuh didekat sungai Lubai, tumbuh liar dan tidak dipelihara. Para tokoh yang mendirikan desa ini berharap para penduduknya yang bertempat tinggal disini merasa kesejukan hati, laksana berteduh dibawah pohon Beringin.

Berdasarkan hasil penelitian, jika kata Aur ditambah huruf a menjadi Aura, maka menurut ilmu Fengshui adalah suatu energi yang tidak nampak dengan mata, namun ada dialam ini. Aura terdiri dari Aura Positif dan Aura Negatif. Jika kata Aur huruf u diganti menjadi i, maka akan dibaca menjadi Air. Para tokoh yang mendirikan desa ini berharap para penduduknya, ingat bahwa keberadaan desa ini dekat dengan batanghari Lubai.

Desa Air Asam 
Berdasarkan penelitian, bahwa didekat desa ini ada sebuah sungai bernama batanghari asam. Nama desa ini nama sungai yang berada didekat desa tersebut.

Berdasarkan penelitian, nama ini diambil dijadikan nama sebuah desa, dikarenakan para tokoh yang mendirikannya desa tersebut bermaksud, setelah lama menanti terbentuk sebuah desa definitif, akhirnya penantian itu terwujud. Desa merupakan pemekaran dari desa induk Beringin.

Berdasarkan penelitian, nama desa ini berasal dari kata Pa·gar adalah yang digunakan untuk membatasi mengelilingi, menyekat pekarangan, tanah, rumah, kebun dan arti kata De·wa adalah roh yang dianggap atau dipercayai sebagai manusia halus yang berkuasa atas alam dan manusia.

Berdasarkan penelitian, para tokoh yang mendirikan desa ini berharap para penduduknya yang bertempat tinggal disini mempunyai keteguhan hati laksana Batu Karang dan mempunyai tatanan masyarakat yang mulia.

Berdasarkan penelitian, para tokoh yang mendirikan desa ini, berharap desa ini akan melahirkan putra-putri yang selalu unggul atau sukses meraih cita-citanya.

Berdasarkan penelitian, para tokoh yang mendirikan desa ini mufakat memberi nama Lecah, melihat pada pendirian desa ini kondisi tanah yang berair atau berlumpur. Karena desa ini sesungguhnya merupakan pengembangan dari suatu tempat tinggal para petani Karet, berasal dari beberapa desa sipanjang aliran batanghari Lubai.

Berdasarkan penelitian, bahwa para tokoh yang mendirikan desa ini mengharapkan bahwa para penduduk desa yang pergi jauh merantau, maka akan selalu mengingat desa tempat kelahiran, desa selalu terkenang dihati dan suka membuat hari rindu ingin pulang.

Berdasarkan penelitian, para tokoh yang mendirikan desa ini, bermufakat memberi nama desa ini dengan nama sungai yang melintas yaitu batanghari Lubai. Penduduk yang bertempat tinggal di desa ini, penuh dengan kesejahteraan, sehingga hidupnya makmur. Karena kalau sudah makmur pasti sejahtera, dan tidak mungkin sejahtera kalau tidak makmur.

Berdasarkan penelitian, para tokoh yang mendirikan desa ini, bermufakat memberi nama desa ini dengan nama sungai yang melintas yaitu batanghari Lubai. Dengan harapan walapun desa ini baru, namun mempunyai wilayah yang diakui keradaannya oleh masyarakat yang tinggal disepanjang aliran batanghari Lubai.

Berdasarkan penelitian, para tokoh yang mendirikan desa ini, berharap desa ini akan berkemban laksana bunga sedang mekar nan indah dipandang mata, jaya selalu kehidupan masyarakatnya. Adapun maksud menggunakan nama desa dengan kata Mekar untuk mengingatkan pada generasi selanjut bahwa ini merupakan hasil dari pemekaran desa di wilayah kecamatan Lubai.

Berdasarkan penelitian, para tokoh yang mendirikan desa ini berharap, desa ini akan memberikan kepada penduduknya sumber pendapatan untuk mendukung kehidupan yang mulia, atau nama ini di adopsi dari asal usul masyarakatnya sebelum berdomisli disini.

Berdasarkan penelitian, para tokoh yang mendirikan desa ini berharap para penduduknya yang bertempat tinggal disini mempunyai keteguhan hati laksana Batu Karang dan mempunyai tatanan masyarakat yang berbudi mulia. Berdasarkan penelitian, bahwa desa ini terletak tidak terlalu dari desa tua di wilayah lubai yaitu Karang Agung. Maka nama desa ini mengambil nama depan yaitu Karang.

Berdasarkan penelitian, para tokoh yang mendirikan desa ini berharap para penduduknya yang bertempat tinggal disini mempunyai keteguhan hati laksana Batu Karang dan mempunyai tatanan masyarakat yang baik laksana sari bunga. Berdasarkan penelitian, bahwa desa ini terletak tidak terlalu dari desa tua di wilayah lubai yaitu Karang Agung.

Berdasarkan penelitian, para tokoh yang mendirikan desa ini berharap mendapatkan keindahan dalam tatanan kehidupan masyarakatnya, menjadi sumber kehidupan dari masyarakat yang bertempat tinggal disini.

Demikian, sekilas arti nama desa-desa di Lubai. Tulisan bukanlah merupakan kajian ilmiah, untuk mencari kebenaran suatu fakta dilapangan, melainkan hanya persepsi penulis belaka, dan tanpa ada maksud tertentu. Ucapan permohonan maaf penulis kepada para pejabat dilingkungan kecamatan Lubai dan Lubai Ulu yaitu : Bapak camat beserta Staf, Para Kepala desa se kecamatan Lubai dan Lubai Ulu, Para kepala dusun, Tohoh masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Adat se kecamatan Lubai, apabila didalam tulisan ini, ada kata yang berkurang berkenan dan terdapat silang pemahaman.

Selasa, 14 Juli 2009

Forum Komunikasi


Forum Komunikasi adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan saing berbagi informasi dan membahas suatu permasalahan.  Forum Komunikasi Lubai Bersaudara (FKLB) 
berusaha menjadi jembat an komunikasi antar warga Lubai pengguna internet. 

Forum Komunikasi Lubai Bersaudara dengan nama singkat FKLB adalah perkumpulan orang Lubai dalam komunitas Facebook. FKLB adalah sebuah media dimana orang-orang bisa berkomunikasi secara masal. Facebooker yang tergabung dalam kelompok ini dapat mendiskusikan sesuatu sesuai dengan tema bebas, asal menjunjung norma adat Lubai dan norma masyarakat Indonesia serta peraturan-peraturan yang berlaku di Republik Indonesia.

Persyaratan untuk dapat bergabung di FKLB adalah warga asal-usul berdomisili di Kecamata Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, masyarakat keturunan Lubai berdomisili diperantauan, warga pendatang di Kecamatan Lubai, warga yang menikahi pemuda/pemudi Lubai, warga bekerja di Lubai, pemuda dan pemudi bersekolah di Kecamatan Lubai, pemerhati Sosial Masayarakat, Seni Budaya dan Lingkungan Lubai.

FKLB telah ekses didunia maya sejak tanggal tiga bulan Maret tahun dua ribu sembilan (3-3-2009). Untuk dapat ekses didunia maya, pembuat dan pengelola FKLB menggunakan fasilitas Jaringan Sosial yang sangat populer di tanah air Republik Indonesia yaitu Facebook. FKLB merupakan salah satu Grup yang ada di Facebook, merupakan sarana komunikasi warga Lubai untuk saling tukar informasi.

Untuk mewujudkan komunikasi efektif antar anggota FKLB perlu kiranya kita menggunakan Hukum Komunikasi yang efektif yaitu :
  • Respect, hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
  • Empathy, hukum kedua dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
  • Audible, hukum ketiga dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah audible yaitu dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
  • Clarity, hukum keempatdalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.
  • Humble, hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki.

Dengan ketentuan didalam berkomunikasi di ruang digital, selalu menggunakan etika digital yang baik, selalu menggunakan budaya digital yang baik, selalu menggunakan kata-kata yang baik, tidak menyebarkan berita buruk, tidak menuliskan komentar yang buruk seperti : ujaran kebencian, perundungan, tidak menuliskan informasi yang bersifat suku, ras dan agama.

Marilah kita menjunjung nilai-nilai Pancasila didalam berkomunikasi dan selalu menjaga persatuan dan selalu bertoleransi ditengah masyarakat Indonesia yang multikultural.

Kepada sanak saudara yang bermukim di Lubai, lahir di Lubai, mecintai sungai Lubai, menggunakan nama Lubai, nikah dengan orang dari Lubai, berteman dengan orang Lubai, pernah mampir ke Lubai, mari gabung ke Forum Komunikasi Lubai Bersaudara (FKLB).

Lubai Peta

Tips Pidato

Berpidato merupakan suatu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan di depan orang banyak. Seorang pembicara atau orator melakukan kegiatan berpidato pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu antara lain untuk meyakinkan atau membujuk khlayak agar meyakini dan melakukan apa yang orator sampaikan. Orator yang hebat akan mampu memikat khalayak yang mendengarkan pidatonya. Tentunya perlu trik-trik khusus agar orator mampu memikat khalayak melalui pidato yang ia sampaikan.

Sebuah pidato terdiri atas 3 bagian yakni pembukaan, isi, dan penutup. 

Pembukaan berisi salam pembuka, sapaan, dan ucapan rasa syukur. Salam pembuka tentunya disesuaikan dengan waktu dan latar belakang audien yang menjadi pendengarnya. Sapaan bertujuan untuk menghormati pendengar. Sapaan diberikan dengan menyebutkan orang yang jabatannya lebih tinggi terlebih dahulu. Isi pidato merupakan bagian penting karena mengandung inti dari hal yang akan disampaikan. Penutup pidato harus berisi penegasan dari apa yang ingin kita sampaikan, terutama mengulang kembali ajakan dan bujukan agar pendengar melakukan apa yang kita inginkan.

Kalimat yang efektif dalam berpidato sangat perlu digunakan agar tidak terjadi salah paham atau miskomunikasi. Selain itu, dengan menggunakan kalimat yang efektif, tujuan kita untuk membujuk, meyakinkan, dan mengajak pendengar akan tercapai. Ciri kalimat efektif adalah adanya kesatuan gagasan atau ide, adanya kepaduan antarkalimat, kalimat yang digunakan logis/masuk akal, menggunakan kata-kata yang efisien/tidak berlebihan.

Inti dari pidato persuasif adalah meyakinkan, membujuk dan mengajak pendengar untuk melakukan apa yang disampaikan oleh orator. Untuk itu dalam menyampaikan pidatonya, orator harus menggunakan kata-kata atau ajakan-ajakan kepada pendengar, misalnya ayo, mari, segera, lakukan dan jangan lupa.

Pilihan kata yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kita dalam membujuk, meyakinkan dan mengajak pendengar. Gunakan pilihan kata yang tepat sesuai usia, pengetahuan umum, dan latar belakang para pendengar. Selain itu, pertimbangkan juga tempat dan waktu di mana pidato itu disampaikan.

Pranata Sosial

Pendahuluan

Menurut Koentjaraningrat (1979) yang dimaksud dengan pranata-pranata sosial adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Pranata sosial pada hakikatnya bukan merupakan sesuatu yang bersifat empirik, karena sesuatu yang empirik unsur-unsur yang terdapat didalamnya selalu dapat dilihat dan diamati. Sedangkan pada pranata sosial unsur-unsur yang ada tidak semuanya mempunyai perwujudan fisik. Pranata sosial adalah sesuatu yang bersifat konsepsional, artinya bahwa eksistensinya hanya dapat ditangkap dan dipahami melalui sarana pikir, dan hanya dapat dibayangkan dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi pikir.

Unsur-unsur dalam pranata sosial bukanlah individu-individu manusianya itu, akan tetapi kedudukan-kedudukan yang ditempati oleh para individu itu beserta aturan tingkah lakunya. Dengan demikian pranata sosial merupakan bangunan atau konstruksi dari seperangkat peranan-peranan dan aturan-aturan tingkah laku yang terorganisir. Aturan tingkah laku tersebut dalam kajian sosiologi sering disebut dengan istilah “norma-norma sosial”.

Pranata Sosial Masyarakat Lubai

Berdasarkan definsi diatas penulis akan membuat suatu kajian Pranata Sosial Masyarakat Lubai secara singkat sebagai berikut :

1. Hak Milik. 

Masyarakat Lubai sangat menjunjung tinggi hak milik : perorangan, keluarga, kekerabatan dan hak pedesaan. Hal ini dapat dimaklumi bahwa masyarakat Lubai adalah penganut agama islam yang baik. Hak milik tanah pekarang rumah, tanah peladangan, tanah perkebunan, hutan belukar, hutan rimba, balong atau tebat, dan danau; Seseorang yang mengaku hak milik orang lain, akan diangap tidak bermoral dan akan mendapat hukuman sosial dari masyarakat Lubai. Namun sayang seiring dengan waktu, peralihan generasi tua ke muda yang tidak berhasil menanamkan nilai-nilai moral yang baik seperti generasi sebelumnya, maka nilai-nilai moral yang luhur itu semakin terkikis dengan aura kematerian. Saat ini pengakuan terhadap hak milik itu mulai tidak nampak nyata, apalagi kalau pemilik itu sudah lama merantau, maka dapat saja hak milik itu berpindah hak kepemilikinya. Bahkan ada sebagian masyarakat Lubai menganggap hal itu wajar-wajar saja berpindahnya hak kepemilikan ini, karena sipemilik tidak mengurusnya lagi maka lahan itu dianggap lahan tak bertuan atau dianggap tidak bertuan.

2. Sistem Perkawinan. 

Masyakarakat Lubai mempunyai simbol-simbol adat istidat Perkawinan, yang harus dilaksana kan. Beberapa tahap yang harus dilalui seperti tahap perkenalan antara si bujang dengan si gadis, tahap betepek barang "memberikan suatu barang kepada pihak sigadis", tahap ngule "memberikan bantuan tenaga maupun bendah kepada keluarga pihak gadis", tahap memadukan rasan "utusan pihak sibujang bekunjung keluarga si gadis", tahap benghantat dudul "mengantar dodol permintaan sigadis", tahap mengantarkan uang permintaan si gadis dalam bahasa Lubai disebut "jujur" dan sebagainya. Pada masa kini kebanyakan perkawinan dan pembentukan keluarga adalah atas dasar cinta romantis. Perkembang an sistem pendidikan modern dan proses informasi yang mudah didapat menyebabkan muda mudi Lubai bebas mencari jodoh sendiri. Campur tangan ibu bapa, agak minimal, kalau ada pun dalam urusan peminangan dan pelaksanaan perkawinan saja yang dilakukan mengikut ketetapan adat. Oleh karena bebas mencari jodoh sendiri, faktor-faktor seperti ikatan kekeluargaan, latar belakang keluarga, kedudukan ekonomi dan taraf sosial keluarga, dan lain-lain bukan lagi menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan jodoh.

3. Religi.

Masyarakat Lubai sangat taat terhadap ajaran islam. Rajin menjalan perintah Allah yaitu rukun islam dan mengaplikasinya pada kehidupan sehari-harinya. Seperti sholat, berpuasa bulan Romadhon, membayar zakat pertanian sehabis panen, menunai ibadah Haji. Menjauhi larangan Allah seperti : tidak boleh mengakui hak milik orang lain, karena dalam ajaran agama islam seseorang mengakui atau mengambil manfaat sesuatu benda milik orang lain tanpa izin merupakan perbuatan mungkar. o

4. Sistem Hukum 

Masyarakat Lubai mempunyai sistem hukum, dengan adanya hukum Marga Lubai. Ayahanda penulis merupakan salah satu dari tokoh masyarakat Lubai yang pernah menjadi Anggota Dewan Marga Lubai Suku 1. Pada saat itu beberapa hukum adat baik yang tertulis maupun tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Saat ini hukum adat sudah semakin kurang kekuatannya. Lembaga Adat hanya merupakan simbol bahwa adat istiadat Lubai harus dilestarikan. Kewajiban harus melaporkan kepada lembaga adat jika akan melaksanakan pernikahan, akan tetapi Lembaga Adat tidak dapat memberikan sanksi hukum terhadap seseorang yang tidak melaporkan perihal pernikahan.

5. Sistem Kekerabatan 

Masyarakat Lubai dahulu sangat terstuktur bahwa masyarakat Lubai menganut sistem kekerabatan patrilineal yaitu sistem kekerabatan pihak ayah. Dalam bahasa Lubai khususnya masyarakat desa Jiwa Baru Lubai disebut Guguk atau Jurai. Guguk Pengiran merupakan kaum bangsawan merupakan kelompok masyarakat kedudukannya tertinggi, guguk penghulu merupakan kaum keturunan tokoh agama islam, guguk kurungan lembak/guguk brak "keturunan puyang Lebi", guguk kurungan dahat "keturunan puyang tande". Untuk memanggil adik Ayah yang prempuan dipanggil dengan "Ibungan", adik Ibu yang prempuan dipanggil dengan "Bibi", sebutan isteri paman dipanggil Munting, dan  sebaginya. Seorang menantu selain memanggil Ayah dan Ibu (bahase Lubai Bak dan Umak) kepada orangtua suaminya/isterinya maka terhadap paman/bibi /uak dipanggil dengan sebutan yang sama yaitu Bak atau Umak. Sistem kekerabatan masyarakat Lubai saat ini, tidak jelas apakah menganut system kekerabatan patrilineal “kekerabatan pihak ayah” system kekerabatan matrilineal “kekerabatan pihak ibu” atau bahkan ada yang menganut kedua system ini.

6. Edukasi atau sistem pendidikan. 

Masyarakat Lubai menggangap sistem pendidikan ini sangat penting. Dari periode zaman penjajahan Belanda pendidikan formal ini anak masyarakat biasa hanya sampai dengan pendidikan Sekolah Rakyat ”SR” dan anak seorang Depati atau adipati dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Periode awal kemerdekaan sampai dengan sekarang pendidikan formal telah banyak di ikuti oleh anak-anak masyarakat Lubai dari jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Untuk pendidikan non formal masyarakat Lubai mengikuti kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh tokoh adat untuk ketrampil an kesenian dan adat istiadat; Kegiatan diselenggarakan oleh tokoh agama untuk ketrampilan membaca Al-Qur’an dan pembentukan akhlak karimah; Kegiatan diselenggarakan oleh tokoh masyarakat untuk ketrampilan pertanian Karet yang unggul. Untuk pendidikan in formal masyarakat Lubai melaksanakan sesuai dengan adat istiadat yang ada saat ini.

Penutup

Tulisan pranata sosial masyarakat Lubai ini, merupakan hasil olah pikir saya sebagai salah seorang putra daerah Lubai. Penulis menyadari bahwa tulisan ini, jauh dari kelengkapan data dan informasi. Namun semoga bermanfaat bagi pengunjung dari blog ini.