Kamis, 30 Juli 2009

Hard Skill & Soft Skill


Pendahuluan

Hard skills atau keterampilan fisik adalah kemampuan keterampilan yang merupakan persyaratan teknis dari pekerjaan. Soft skill atau keterampilan sosiologis adalah istilah yang merujuk kepada tingkat dari kepribadian seseorang, tingkat sosial, kemampuan komunikasi, kebiasaan pribadi, keramah-tamahan, dan optimisme yang menandai orang untuk memvariasikan derajat.

Hadits Nabi Muhammad sholallaahu 'alaihi wassalam yang artinya : Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad) 

Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah. (HR. Ahmad) 

Pengertian Hard Skill dan Soft Skill 

Kompetensi teknis dan akademis “Hard skill” lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Pemahaman dari istilah Hard skill adalah skill yang dapat menghasilkan sesuatu sifatnya visible dan immediate . 

Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’. 

Tinjauan Hard Skill Masyarakat Lubai 

Pengertian Hard Skill adalah merupakan kemampuan seseorang dilihat dari kemampuan secara teknikal, seperti mengoperasikan komputer, membuat laporan yang mudah dipahami, dan sebagainya. Intinya sangat bergantung ke teknikal yang biasa diperoleh dari proses belajar-mengajar. Hard skill ini mempunyai peran/bagian yang cukup kecil dari kompetensi seseorang, atau dikatakan hard skill adalah minimal requirement skill yang harus dimiliki seorang individu. 

Penulis mengambil contoh kesuksesan Petani Karet di Desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Para petani Karet di Jiwa Baru banyak yang meraih sukses meningkatkan kesejahteraan keluarganya hasil dari bertani Karet dalam bahasa Lubai Balam. Ada yang menyekolahkan anaknya sampai menjadi Sarjana, ada membeli kendaraan roda empat, ada yang menjadi keagenan Getah Karet dalam bahasa Lubai disebut ”Tokeh Balam”. 

Secara Hard Skill Petani Karet di desa ini tidak ada perbedaan yang signifikan. Dalam hal pola bercocok tanam Karet, Pola pemeliharaan Karet, Pola panen getah Karet dalam bahasa Lubai ”Nakok Balam” antara satu dengan yang lainnya sama tidak ada hal yang berbeda. Seorang petani berlatar belakang hanya tamat SD akan menanam, memelihara, panen getah Karet akan sama dengan seorang petani yang mempunyai latar belakang Sarjana Pertanian. 

Pertanyaan : Mengapa petani Karet di desa ini dapat melakukan hal yang sama, walaupun Hard Skill yang berbeda? Jawabannya karena Hard Skill untuk menjadi seorang petani Karet mudah untuk dipelajari. Mengapa dengan pola petani Karet yang sama, tetapi kesuksesan berbeda? Jawabannya karena Hard Skill hanya 20% menentukan kesuksesan seseorang. 

Tinjauan Soft Skill Masyarakat Lubai 

Pengertian Soft Skill merupakan kemampuan seorang individu yang cenderung ke sikap, atitude, perbuatan, pelayanan dan sebagainya. Rupanya Soft skill ini merupakan bagian yang superior dalam kompetensi tiap individu. Hal inilah yang bisa membuat orang bisa meloncat lebih tinggi dalam bidang apapun. 

Penulis telah mengkaji kesuksesan Petani Karet di Desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, yang berhasil meraih cita-citanya. Berdasarkan pengamatan penulis pada bulan Juli tahun 2008, tingkat kesejahteraan keluarga petani Karet di Desa Jiwa Baru Lubai, ternyata hanya 10% dari jumlah seluruh Petani Karet yang srata ekonomi masuk kelas Menengah. 

Seorang petani Karet untuk mencapai tingkat ekonomi kelas Menengah, ternyata tidak hanya dapat dicapai dengan mengandalkan Hard Skill saja, melainkan harus didukung oleh Soft Skill. Pertanyaan : Mengapa petani Karet di desa ini kesuksesan yang dicapai berbeda, walaupun pola bertani Karet sama? Jawabannya karena untuk mencapai kesuksesan tidak hanya mengandal pola bertani saja, melainkan ditentukan oleh penggolaan keuangan pasca panen Getah Karet. Kemampuan untuk mengelolaan keuangan dan berbagai hal lainya adalah Soft Skill. 

Mengapa kesuksesan lebih banyak ditentukan oleh Soft Skill yaitu sebesar 80%? Jawabannya karena Soft Skill seorang petani Karet adalah sangat menentukan dari semua aktivitas soerang petani Karet. Soft Skill seorang petani Karet yang ingin sukses meningkatakan kesejahtera an keluarganya sebagai berikut : sikapnya terhadap profesi ini harus menjadi kebanggaan, atitudenya harus menyatukan dengan profesinya, perbuatannya tidak bertentangan dengan alam dan lingkungan, pelayanan terhadap karyawannya penampas Getah Karet harus baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar