Kamis, 30 Juli 2009

Kain Songket

Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Songket biasanya ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Asal-usul kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak. Akibatnya, jadilah songket. 

Kain songket ditenun pada mesin tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Ragam motif songket kaya akan local content, seperti jenis flora dan fauna setempat. Motif itu diteruskan dari generasi ke generasi serta memiliki beragam makna. 

Songket yang ekslusif membutuhkan waktu sekira tiga bulan dalam penyelesaiannya. Songket jenis ini biasanya menggunakan pula benang sutera sebagai paduannya. Sedangkan yang berkualitas standar, bisa diselesaikan dalam waktu satu hari, karena sekarang bisa menggunakan mesin dalam pembuatannya. Selain Indonesia, Malaysia pun mengenal songket sebagai salah satu busana tradisionalnya. 

Karena itulah, Pemprov Sumatera Selatan yang terkenal dengan songketnya, mengajukan hak paten 98 motif songket. Ini untuk menghindari klaim paten motif yang dipercaya merupakan hasil aseli wilayah Sumatera Selatan. Memang saat ini, yang paling terkenal dengan kain songketnya adalah Palembang. Namun Minangkabau pun merupakan penghasil songket sejak dahulu. 

Songket palembang merupakan ratunya kain dan merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi sejak zaman dahulu kala. Kain songket juga merupakan Mahkota Seni Penenunan yang bernilai tinggi. Teknik Pembuatannya memerlukan kecermatan tinggi. Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan flora dan fauna lokal. Motif ini juga dinamai dengan kue lokal Melayu seperti seri kaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan favorit raja. 

Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya membutuhkan sekitar 3 hari. Mulanya laki-laki menggunakan songket sebagai destar atau ikat kepala. Kemudian barulah wanita Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung. 

Di masa kini songket adalah pilihan populer untuk pakaian perkawinan Melayu dan sering diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai salah satu hadiah perkawinan. Ditilik dari harganya, songket tidak dimaksudkan hanya untuk masyarakat berada saja karena harganya yang bervariasi dari yang biasa dan terbilang murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat tinggi.

Sumber : id.wikipedia.org, Sri Murni Biranul Anas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar