Kamis, 23 Juli 2009

Sumpah Puyang

Pendahuluan

Diantara beragam versi cerita tentang Legenda Puyang, maka kami ingin menuliskan kembali cerita rakyat dari desa Jiwa Baru (Baru Lubai dan Kurungan Jiwa) kabupaten Muara Enim, provinsi Sumatera Selatan. Tulisan ini hanya sebatas kemampuan pengetahuan yang penulis miliki saja, bukan untuk di perdebatkan dikemudian hari. Apabila ada pembaca yang lebih memahami tentang Legenda ini, kami persilahkan untuk memberikan koreksinya. Penulisan cerita ini, bukan untuk mencari kebaikan atau keburukan dari suatu peristiwa, melainkan hanya ingin berbagi cerita dengan generasi muda Lubai.

Dikisahkan pada dahulu kala nenek moyang Desa Kurungan Jiwa dan Baru Lubai baca "Jiwa Baru" terdiri dari orang yang sakti mandra guna. Sumpahnya dapat menjadi kenyataan, hal ini sesuai dengan kondisi dan tradisi saat itu bahwa masyarakat Lubai saat itu lebih mengutamakan kekayaan bathiniah daripada lahiriah. Sumber legenda Terompah Puyang dari ayah kami Muhammad Ibrohim bin Haji Hasan yaitu pada saat kami masih bertempat tinggal dikampung halaman desa Baru Lubai. 

Kedua orang tua penulis tercinta menceritakan bahwa ada seseorang Puyang yang rajin ibadah di Masjid Aqobah Baru Lubai, suatu hari pernah kehilangan terompah kayunya yang biasa digunakan untuk pergi ke Masjid.

Terompah Kayu 

Terompah Kayu milik Puyang yang sering digunakan untuk ke Masjid di desa Baru Lubai, diambil seseorang. Diceritakan oleh ayah kami pada suatu setelah Puyang melaksanakan Ibadah di Masjid beliau hendak pulang kerumah, Terompah baca "Terumpah Kayu" yang diletakkan ditempatnya. Puyang mencari kesana kesini, tidak juga berhasil menemukannya. Beberapa saat hal itu dilakukan oleh Puyang, namun Terompah kayu tidak juga diketemukan, rahib entah kemana?.

Beberapa saat Puyang berfikir cara apa dan bagaimana sepantasnya memberikan pembelajaran pada masyarakat Desa Baru Lubai dan Kurungan Jiwa (saat ini menjadi Jiwa Baru) khusunya yang telah berbuat jahil kepadanya. Pembelajaran ini dilakukan Puyang karena dia ingin memberikan sock teraphy kepada pelaku yang mengambil terompah kayu.

Sumpah Puyang

Berdasarkan cerita kedua orang tua penulis akhirnya Puyang itu mengeluarkan sumpah yang dikenal seluruh masyarakat Baru Lubai dan Kurungan Jiwa (Jiwa Baru) sebagai berikut :

Dengan ini aku membuangkan mumbang Niuh ke Batangakhi Lubai, ini akibat ade sanak keluarge yang durhake, dikde menghargeiku. Make dengan ini aku sumpahkan kepade yang lah ngambek Terompah kayuku, dan seluruh masyarakat duson Baru Lubai dan Kurungan Jiwa, sape bai yang tinggal diduson ini die akan menghasekan kehidupannye lok-lok mumbang Niuh di Batangakhi Lubai ini, kadang timbul, kadang tenggelam.

Keterangan

Sumpah Puyang ini, beberapa generasi memang nampaknya jadi kenyataan. Entah dikarenakan keampuhan sumpah Puyang ataupun karena faktor lain, dulu kehidupan di desa Jiwa Baru sangat memprihatikan. Bahkan ada ungkapan bahwa jeme Baru Lubai dan Kurungan Jiwe adalah Alai berete (Kaye), berite juge mati mude, banyak rite banyak bini, banyak rite lupe diri.

Keampuhan sumpah Puyang itu saat ini, mungkin telah sirna kondisi masyarakat Jiwa Baru, sudah lebih baik dari beberapa generasi yang lalu. Perekonomiannya sudah baik seiring dengan harga Getah Karet yang mahal. Pola pikir masyarakat Jiwa Baru, menuju suatu perubahan kearah kehidupan yang modern.

Artinya akibat sumpah puyang bisa terbukti, bisa juga tidak. Tergantung bagaimana mensikapi pesan moral didalam sumpah puyang tersebut.

6 komentar: